Lonjakan Utang Paylater Jadi Ancaman Stabilitas Ekonomi atau Solusi Inklusi Keuangan?
Total utang paylater masyarakat Indonesia terus meningkat, mencapai Rp30,36 triliun pada November 2024, naik dari Rp29,66 triliun pada bulan sebelumnya. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan pertumbuhan signifikan ini tersebar di industri perbankan dan multifinance yang menawarkan layanan buy now, pay later (BNPL).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae melaporkan kredit paylater melalui perbankan mencapai Rp21,77 triliun, dengan pertumbuhan baki debet sebesar 42,68 persen secara tahunan (year-on-year).
Sementara itu, kredit paylater di sektor multifinance mencapai Rp8,59 triliun, tumbuh lebih tinggi sebesar 61,90 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, lonjakan ini juga memunculkan tantangan. Non-Performing Financing (NPF) paylater tercatat sebesar 2,92 persen secara gross dan 0,81 persen secara nett, mengindikasikan risiko kredit bermasalah.
Direktur Fiscal Justice Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Wahyudi Askar menyebutkan bahwa peningkatan utang paylater mencerminkan tren konsumsi berbasis kredit yang berkembang pesat. Meski membantu inklusi keuangan, penggunaan paylater yang cenderung konsumtif menimbulkan risiko gagal bayar.
“Tingginya NPL dapat mengurangi kepercayaan masyarakat dan investor terhadap stabilitas sistem keuangan. Lembaga keuangan juga harus meningkatkan cadangan kerugian, yang pada akhirnya mengurangi kapasitas mereka untuk memberikan kredit baru,” ujarnya.
Senada, Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Celios, menilai utang paylater bersifat konsumtif dengan rata-rata jumlah di atas kemampuan bayar pengguna. Hal ini dapat memengaruhi penyaluran kredit yang lebih produktif, seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor.
Untuk mengurangi risiko, Direktur Ekonomi Celios, Nailul Huda menyarankan penguatan ekosistem data historis pengguna, terutama di sektor perbankan. Menurutnya, sistem paylater perbankan lebih stabil dibandingkan multifinance karena memiliki data keuangan yang lebih baik dan cenderung melayani nasabah internal.
Dengan pertumbuhan utang paylater yang terus meningkat, keseimbangan antara manfaat inklusi keuangan dan stabilitas ekonomi menjadi tantangan utama yang harus dihadapi.
Demikian informasi seputar sektor bisnis utang paylater yang menjamur di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Alienslatest.Org.